Depan » » Saat Sikecil Bertanya Tentang Allah

Saat Sikecil Bertanya Tentang Allah


iTauhid - Anak usia dini umumnya memiliki karakteristik yang unik, egosentris, spontan, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (hubbul istithla’). Ketika anak memiliki rasa ingin tahu terhadap suatu hal, umumnya anak akan selalu melontarkan banyak pertanyaan kepada orang terdekat terutama ibunya. Anak akan selalu mengaitkan hal tersebut dengan apa yang dibicarakannya.

Selain itu tak jarang anak pun akan memikirkan dan membayang-bayangkan sesuatu hal baru yang ingin ia ketahui. Ketika anak bertanya ini dan itu dengan penuh antusias, tentu ibunya mudah sekali menjawab dengan bahasa dan jawaban yang sederhana dan mudah difahami oleh anak.

Perlu diperhatikan kembali, jangan sekali-kali ibu memarahi atau membentak ketika anak bertanya sesuatu sekalipun itu sesuatu yang tidak seharusnya ditanyakan, karena itu akan menghambat kecerdasan dan berpengaruh negatif terhadap psikologi anak.

Lantas bagaimana saat anak bertanya: “Mama, Allah itu dimana? Allah itu seperti apa?” dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tentunya membuat ibu terhenyak dan mengernyitkan dahi. Seorang ibu tidak mungkin menjawab asal-asalan terhadap pertanyaan si kecil yang satu ini, karena tentunya akan memengaruhi pola pikir anak kedepannya.

Ibupun tidak mungkin menjelaskan dengan dalil naqli atau dalil ‘aqli karena tentunya mereka tidak akan mengerti. Lalu apa yang harus ibu lakukan?

Pertama, bila anak bertanya: “Mama Allah itu dimana?”.

Jangan jawab begini:

“Nak, Allah itu ada diatas langit atau Allah itu ada di surga”. Jawaban seperti itu akan menyesatkan logika anak. Jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah. Juga jangan menjawab “Nak, Allah itu ada dimana-mana”. Dengan jawaban seperti itu kemungkinan besar si kecil yang mempunyai daya imajinatif yang tinggi akan berfikiran bahwa Allah itu banyak.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat”.(Q.S. Al-Baqarah (2) : 186) Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

Alangkah baiknya, jawab saja seperti ini:

“Nak, Allah itu ada. Keberadaannya sangat dekat dengan kita. Apalagi terhadap orang-orang yang shaleh termasuk di dekat anak ibu tersayang yang selalu membantu ibu dan ayah, bersikap baik terhadap teman-teman, dan rajin shalat serta mengaji. Jadi, Allah itu selalu bersama kita kapanpun dan dimanapun”. Dengan jawaban seperti ini diprediksikan anak akan berpikir untuk selalu melakukan kebaikan dan beramal shaleh agar selalu dekat dengan Allah.

Kedua, bila si kecil bertanya: “Mama Allah itu seperti apa?”.

Lebih baik jawab seperti ini:

“Coba sekarang, anak ibu yang pintar tahu kan bentuk kucing, pohon, sungai, matahari, batu, rumah? Nah apapun yang kamu bayangkan, apapun yang ada di dalam pikiran kamu itu bukan Allah sayang. Karena, Allah itu tidak sama dengan makhluk ciptaan-Nya”. Dengan seperti itu anak tidak akan membayangkan bahwa Allah itu seperti kiyai, seperti patung, atau seperti apapun yang ia lihat. Dengan seperti itu dia tidak akan berimajinasi tentang bentuk Allah.

“[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

Saat menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak yang lebih ekstrim dan membuat ibu kebingungan, berusahalah bersikap tenang dengan tatapan yang teduh di depan mereka dan berikanlah jawaban yang membuat mereka mudah paham dan tentunya tidak melenceng dari syari’at islam.

sumber : [retsa/islampos/kisahislami/ukhtyan/Yusuf, Syamsu, Nani M. Sughandi. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada].

0 komentar:

Posting Komentar